Ada pepatah Sunda yang berbunyi “tong ngarawu ku siku”, pepatah ini mengajarkan kita untuk tidak serakah atau tamak. Pesan ini mengingatkan kita agar tidak berlebihan dalam mengambil sumber daya alam, yang dapat menyebabkan kerusakan dan kemarahan alam. Oleh karena itu, kita perlu bersikap cukup dan bersyukur. Ketika membahas alam, kita tidak hanya berbicara tentang tempat, tetapi juga segala hal di sekitarnya, seperti tumbuhan, hewan, dan manusia.
Berikut adalah representasi saya mengenai”kebaikan alam Indonesia”:
Sapi Bali
Hewan khas Bali ini memberikan manfaat melalui dagingnya yang dapat dikonsumsi dan tenaganya yang membantu dalam bertani.
Beruang Madu
Ditemukan di Kalimantan dan Sumatra, beruang madu berperan dalam menyebarkan benih tumbuhan melalui kotorannya, sehingga menjaga ekosistem hutan.
Harimau Sumatra
Sebagai predator puncak, harimau Sumatra menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis dengan mengontrol populasi hewan lain.
Burung Maleo
Burung endemik Sulawesi ini membantu penyerbukan tanaman dan menarik minat pariwisata melalui penangkarannya.
Burung Cendrawasih Biru
Burung asal Papua ini menyebarkan biji tumbuhan dan mengontrol populasi serangga di hutan.
Bunga Edelweis
Akarnya yang kuat mencegah erosi dan melindungi tanah dari udara dingin.
Anggrek Papua
Selain indah, anggrek ini meningkatkan kualitas udara di sekitarnya.
Daun Sirih
Memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti mengatasi masalah pencernaan, luka, dan kesehatan mulut.
Pohon Ulin
Pohon asal Kalimantan ini digunakan sebagai bahan bangunan dan membantu menyerap karbon dioksida serta mencegah erosi tanah.
Tumbuhan Teh
Teh dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti menurunkan tekanan darah, mengurangi kolesterol, dan mencegah kanker.
Dengan menjaga dan mengelola alam secara bijak, kita dapat terus menikmati manfaatnya. Jika kita melakukannya dengan baik, alam pun akan memberikan kebaikannya untuk kita nikmati. Maka kata “Cekap” yang berarti “cukup” sangat cocok untuk menggambarkan pesan yang ingin disampaikan dalam karya ini