Kisah dua pertapa Bubuksah dan Gagangaking terukir pada relief Candi Surowono Kediri, candi penataran dan candi Gambar wetan Blitar Jawa Timur.
Keduanya bertapa dengan gaya yang berbeda. Bubuksah mencoba mensyukuri setiap nikmat yang ada dengan tetap makan dan minum sehingga badannya menjadi gemuk, sedang Gagangaking hanya makan tumbuh-tumbuhan dan menjauhi kesenangan hingga badannya kurus sekali.
Seekor harimau putih kelaparan meminta salah satu dari mereka menjadi santapannya. Gagangaking yang merasa dirinya lebih saleh menolak karena badannya kurus, sementara Bubuksah dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk dimakan. Akhirnya terungkap HArimau tersebut merupakan utusan dewa Siwa / Bathara Guru yang hendak menguji mereka.
Bubuksah yang berhati Ikhlas dibolehkan ke Sorga dengan terbang menunggangi Harimau namun Gagangaking tidak diperbolehkan. Atas permintaan Bubuksah, Gagangakingpun dibolehkan ikut karena tidak mau meninggalkan saudaranya sendiri. Gagangakipun diperkenankan untuk berpegang pada ekornya.