YULIANA EKA ROSETHA

Wayang Golek Menak merupakan wayang yang berasal dari Yogyakarta. Biasanya Wayang Golek ini menggunakan Serat Ménak sebagai sumber cerita. Serat Ménak merupakan karya sastra Persia Qisaa’I Emr Hamza, yang masuk ke Melayu sekitar tahun 1511. Karya sastra ini dikembangkan dalam bentuk prosa dengan judul Hikayat Amir Hamzah. Selain itu, karya ini juga disadur ke dalam bahasa Jawa oleh Ki Carik Narawitan dengan huruf Jawa dalam bentuk tembang macapat. Wayang Golek Menak mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1950-an di Yogyakarta. Pertunjukan wayang ini dipopulerkan oleh Ki Widiprayitna yang mendapat julukan sebagai dhalang nuksméng wayang karena dianggap memiliki kemampuan dalam menggerakkan wayang sehingga nampak hidup.

Wayang Golek Menak Yogyakarta terbuat dari bahan dasar kayu, yang terdiri dari bagian kepala, badan dan tangan. Busana yang dikenakan wayang ini terdiri dari baju untuk bagian atas dan kain (jarit) sebagai penutup bawahnya. Penggunaan bahan, hiasan dan motif kain disesuaikan dengan penokohan.

Sama halnya dengan Wayang Kulit Purwa, pertunjukan Wayang Golek Menak diiringi seperangkat gamelan lengkap dengan salah satu instrumen yang menjadi ciri khasnya yakni “Rojèh”. Alat musik Rojéh berfungsi memberikan penekanan “rasa” terutama dalam adegan seperti pukulan, tendangan, bantingan, dan sebagainya. Sementara Sulukan Wayang Golek Menak Yogyakarta sebagian besar mengacu pada Wayang Kulit Purwa, hanya cakepan atau syairnya disesuaikan dengan kebutuhan.Tidak seperi Wayang Kulit Purwa, tata panggung Wayang Golek Menak Yogyakarta tidak menggunakan gawang untuk membentangkan kelir. Posisi debog (batang pisang) juga lebih tinggi guna menyesuaikan teknik cepengan dan sabetan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top