Halo semuanya,
Dalam rangka mengisi kegabutan selama liburan semester, disini saya Afifah Allisya -mahasiswi Farmasi semester 4 ingin mempersembahkan satu karya yang sederhana untuk kalian semua. Karyanya ini sendiri saya buat dengan aplikasi IbisPaint X dari handphone. Pada karya ini, saya lebih banyak mengandalkan kesabaran dan detail dari karya dikarenakan saya masih menggunakan tangan atau manual untuk menggambarnya, tanpa menggunakan drawing pen
Bujang Katak
FILOSOFI KARYA
Bujang Katak sendiri merupakan sebuah cerita dongeng berlatarkan di suatu desa yang mana seorang nenek tua mengharapkan kehadiran seorang anak walaupun dalam bentuk seekor katak. Tanpa dia sadari, Tuhan mengabulkan permintaannya, anak itu lahir dengan rupa persis seperti katak. Singkat cerita, anak katak tersebut tumbuh menjadi seorang bujang yang mendambakan cinta salah satu dari tujuh putri raja, yaitu putri Bungsu. Dalam perjuangannya untuk memperoleh cinta Putri Bungsu, Bujang Katak harus dihadapkan dengan cacian dari keenam Putri Raja bahkan warga sekitar. Raja yang juga tidak ingin putrinya dinikahkan dengan pria berwajah katak pun meminta satu permintaan sulit.
“Bangunkan aku jembatan emas yang membentang dari gubuk mu menuju ke istana ku” -Raja.
Begitu kiranya Raja berucap, siapa sangka permintaan Raja dapat Bujang Katak kabulkan, bahkan Bujang Katak berubah menjadi Si Rupawan yang gagah.
Itu sebabnya dalam karya terdapat jembatan emas di atas rumah adat Bangka Belitung yang bernuansa biru. Bujang Katak pada karya juga digambarkan dalam dua wujud yaitu wujud Si Rupawan dan wujud asli Bujang Katak. Bujang Katak memegang lampion di pundaknya melambangkan bahwasannya saat itu dia sedang memegang harapan yang besar pada kisah romansa nya. Sedangkan ibu Bujang Katak yang digambarkan tengah berdoa menghadap langit menunjukkan bahwa perjuangan seorang anak tidak lepas dari doa dan restu orang tua, terutama ibundanya.
FILOSOFI SIMBOL
Kain cual berwarna ungu pada Putri Bungsu melambangkan kemewahan dan keanggunan. Kain merah batik digambarkan dengan motif Daun Simpor khas Bangka Belitung yang melambangkan simbol cinta universal. Simbol cinta juga digambarkan dengan motif batik Truntum yang ada pada rambut Putri Bungsu. Motif batik Mega Mendung digambarkan untuk melambangkan kedamaian.
FILOSOFI WARNA
Warna yang dominan digunakan pada karya adalah warna ungu, merah, merah muda, dan oranye. Warna ungu sendiri melambangkan kemegahan, kebijaksanaan dan keanggunan. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan warna merah muda melambangkan kasih sayang. Adapun warna oranye bermakna kehangatan serta membantu karya tampak lebih menonjol.
Sehingga dengan karya ini, saya ingin menonjol kan bahwa wajah asli kebaikan Indonesia tidak selamanya digambarkan dengan ciri fisik karakter yang gagah dan perkasa, namun juga berasal dari kebaikan, ketulusan, dan kasih sayang yang tiada akhirnya. Ini memang bu kan kisah layaknya dongeng kerajaan yang mana cinta dibentuk dari kesetaraan sosial, namun ini hanya kisah cinta sederhana antara Bujang Katak -Si Miskin nan Buruk Rupa dan Putri Bungsu -Putri dengan ketulusannya.
Lots of love,
Afifah Allisya