Lutung Kasarung adalah cerita rakyat Indonesia yang berkisah tentang perjalanan antara seorang pangeran dan putri yang berjuang untuk melepaskan diri dari kutukan yang menjerat. Pangeran Kahyangan Guruminda yang dikutuk menjadi Lutung Kasarung karena kesombongannya, diturunkan ke bumi dalam sedih dan penuh penyesalan. Takdirnya kemudian mengantarkannya pada Purbasari, seorang Putri dari Kerajaan Pasir Batang, yang juga terperangkap dalam kutukan dari kakaknya yang bengis, Purbararang. Tak henti-hentinya berdoa di tengah-tengah jeratan ujian yang menimpa, berdua mereka menjalani hidup baru dalam suka dan duka. Sampai akhirnya, di ujung penantian dan usaha yang selalu mereka jalani, takdir menuntun mereka pada sebuah akhir yang bahagia sebagai imbalan dari kebaikan hati yang mereka miliki. Kutukan pun diangkat selagi derita berganti menjadi bahagia. Purbasari tidak lagi merasa sakit dan Pangeran Guruminda pun kembali ke wujudnya semula sebagai Pangeran Kahyangan. Melalui perjalanan kisah mereka, Lutung Kasarung tidak hanya mengajarkan arti tentang kisah asmara yang murni, tetapi juga menyampaikan arti dari kekuatan doa sebagai usaha melebur dosa-dosa. Seperti halnya yang terjadi pada Pangeran Guruminda yang dikutuk menjadi lutung, ia menggambarkan jiwa yang terlalu jauh terseret dalam arus dosa hingga menjadi tersesat atau dalam bahasa Sunda disebut, “kasarung”. Kakak beradik, Purbasari dan Purbararang, mewakili keseimbangan konsep baik dan jahat, di mana dalam cerita ini kejahatan awalnya mendominasi hingga kemudian munculah petaka. Seperti Yin dan Yang, Beauty and the Beast, dalam cerita ini maka Lutung kasarung tidak hanya mewakili itu semua, tetapi juga arti bahwa doa dan dosa adalah kekuatan dan tindakan untuk selalu kembali pada Tuhan YME.