Dani Chaniago

Diceritakan bahwa Malin Kundang merupakan anak semata wayang yang tinggal bersama
ibunya. Saat remaja, ia memutuskan untuk merantau dengan menumpang kapal seorang
saudagar. Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut.
Semua barang dagangan dirampas, sementara para awak kapal dan penumpang dibantai.
Malin Kundang bersembunyi sehingga nyawanya selamat. Setelah terkatung-katung di laut,
akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Malin Kundang berjalan
menuju ke desa yang terdekat, dan memulai kehidupan yang baru di sana. Berkat kegigihannya
dalam bekerja, ia berhasil menjadi saudagar yang memiliki banyak kapal dagang beserta
anak buah. Setelah menjadi kaya, Malin Kundang pun menikah. Bertahun-tahun kemudian
Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran, dan berlabuh di tanah kelahirannya.
Ibu Malin menyaksikan kedatangannya. Sang ibu melihat bahwa saudagar di kapal sangat
mirip dengan Malin Kundang. Ia mendekati kapal untuk memastikan ciri-ciri anaknya,
dan semakin yakin setelah semuanya cocok, lalu ia berusaha untuk berbicara dengan
Malin Kundang. Tetapi, Malin Kundang menjadi marah meskipun dia mengetahui bahwa
wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu akan penampilan ibunya yang
lusuh dan kotor. Mendapat perlakuan seperti itu, ibu Malin Kundang sangat marah.
Ia pun menyumpah anaknya, “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia
menjadi sebuah batu”. Saat Malin Kundang kembali pergi berlayar, badai dahsyat
menghancurkan kapalnya. Lalu ia terdampar di pantai tanah kelahirannya.
Setelah itu, tubuhnya perlahan menjadi kaku, dan akhirnya berbentuk menjadi
sebuah batu karang. Kisah tersebut berlatar di pantai Air Manis (Aia Manih),
di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top