Setelah menumbangkan Dewata Cengkar dan membawa kedamaian bagi rakyat Medhang Kamulan, Aji Saka menetapkan aturan dan ilmu bagi negeri yang baru ia pimpin. Sebagai bentuk peninggalan kebijaksanaannya, ia menciptakan aksara pertama untuk tanah Jawa, yang lahir dari kisah tragis dua abdi setianya. Ketika Aji Saka mengutus Dora dan Sembada untuk menjaga pusaka keramatnya, kesetiaan mereka berujung pada pertarungan yang tak terhindarkan karena perintah yang saling bertentangan. Keduanya gugur tanpa pemenang, dan untuk mengenang mereka, Aji Saka menyusun aksara yang terdiri dari 20 suku kata, masing-masing mengisahkan peristiwa tragis itu. Dari sanalah aksara Jawa bermula, menjadi warisan abadi yang terus hidup hingga kini.