SAPUH LEGER
“Sapuh Leger” adalah upacara penyucian diri dalam budaya Hindu Bali, berkaitan erat dengan pertunjukan wayang kulit di hari suci Tumpek Wayang. Nama ini lahir dari kata ‘sapuh’ yang berarti menyapu atau membersihkan, dan ‘leger’ yang melambangkan kotoran atau kecemaran, sehingga secara harfiah menggambarkan ‘penyucian dari yang tercemar’.
Sapuh Leger berakar dari mitologi Hindu Bali yang tertulis dalam lontar Kala Tattwa, Sapuh Leger, dan Siwagama, di mana Bhatara Siwa memberi anugerah kepada Bhatara Kala untuk mengganggu atau bahkan ‘memakan’ manusia yang lahir pada Wuku Wayang, waktu yang sama dengan kelahirannya. Sayangnya, adiknya, Sang Hyang Rare Kumara, juga terlahir di Wuku yang sama. Rare Kumara ketakutan hingga melarikan diri dan bersembunyi saat pertunjukan wayang berlangsung. Namun, ulah Bhatara Kala tak berhenti; ia terus mengejar adiknya hingga ke tempat pementasan wayang, karena tidak kunjung menemukan Rare Kumara, Bhatara Kala malah melahap sesajen yang disiapkan untuk upacara. Sang Dalang, pemimpin pertunjukan, geram melihat itu dan meminta Bhatara Kala mengembalikan sesajen. Karena tak bisa memenuhi permintaan, Bhatara Kala akhirnya bersepakat: ia tak akan mengusik orang yang lahir di Wuku Wayang asalkan mereka disucikan lewat upacara Sapuh Leger, yang diwarnai keajaiban pertunjukan wayang.