Karya ini menceritakan tentang Pertarungan Saung Patok & Jalak Rarawe, ayam dari Maulana Hasanuddin dan Pucuk Umun.
Maulana Hasanuddin, putra Syaikh Syarif Hidayatullah, mendapat tugas untuk berdakwah di Banten setelah dianggap matang dalam ilmu agama. Namun, ia menghadapi tantangan besar dari pamannya, Prabu Pucuk Umun, yang masih mempertahankan ajaran Sunda Wiwitan sebagai agama resmi kerajaan. Meskipun telah berdiskusi, perbedaan pandangan mereka sulit dijembatani, sehingga Prabu Pucuk Umun menantang Hasanuddin dalam adu ayam sebagai cara menentukan arah kepercayaan di Banten.
Dalam pertarungan yang berlangsung di lereng Gunung Karang, ayam milik Hasanuddin, Saung Patok, berhasil mengalahkan Jalak Rarawe, ayam sakti milik Prabu Pucuk Umun. Kemenangan ini menandakan keberhasilan dakwah Islam yang dibawa Hasanuddin, sementara Pucuk Umun menerima kekalahannya dengan diam. Meskipun suasana sempat tegang, Prabu Pucuk Umun akhirnya memilih untuk pergi ke selatan bersama pengikutnya.
Dengan kepergian Prabu Pucuk Umun, Maulana Hasanuddin dapat menyebarkan Islam secara damai di Banten. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah tersebut, sekaligus menandai awal mula pergeseran kepercayaan masyarakat Banten. Para pengikut Prabu Pucuk Umun yang tetap mempertahankan ajaran leluhur akhirnya berkembang menjadi suku Baduy yang masih ada hingga kini.