Jessica Rifka Ayu Pramono

Karya ini dengan judul “Ape dan Silu”, terinspirasi dari cerita rakyat asal suku Dayak Ma’anyan (Kalimantan Tengah) yang dulu sering ibu saya ceritakan kepada saya sebelum tidur.

Ape dan Silu adalah kakak beradik. Ape merupakan gadis yang baik hati, sabar, dan tekun, sedangkan Silu adalah kebalikan dari kakaknya, Ia pemalas dan kasar. Suatu hari, Ape pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan ia menemui sebuah rumah tua. Didalam rumah tua itu, terdapat patung-patung sakti. Para patung itu meminta tolong pada Ape untuk membersihkan rumah mereka. Karena Ape rajin, rumah itu menjadi sangat bersih. Ape juga memasak makanan untuk para patung tersebut. Makanan yang Ape sajikan sangatlah enak dan tidak terlalu panas untuk disantap oleh para patung. Sebagai imbalan, para patung memberitahu Ape mengenai kebun tebu mereka. Para patung ingin Ape mengambil tebu yang lurus dan bagus, kemudian saat matahari terbit, Ape harus melempar tebu tersebut tanpa melihatnya. Dari situ, Ape akan mendapatkan hadiah yang spesial. Ape pun pergi ke kebun untuk memilih tebu lurus dan bagus. Keesokan harinya, saat matahari terbit, Ape melempar tebu pilihannya ke belakang badannya sambil melihat kedepan. Tebu tersebut berubah menjadi pangeran tampan. Ape dan Pangeran akhirnya jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.

Beberapa bulan berlalu, Ape akhirnya pulang ke rumah dan bertemu kembali dengan adiknya, Silu. Ape menceritakan semua pengalamannya. Silu juga ingin memiliki pangeran sebagai suaminya. Silu pun juga pergi ke hutan dan mencari rumah dengan patung-patung sakti. Ia melakukan semua yang dilakukan Ape. Namun, karena Silu pemalas, pekerjaannya tidak rapi dan masakannya juga tidak enak. Patung-patung sakti itu tidak mau memberikan hadiah kepada Silu, namun Ia memaksa mereka untuk memberikannya pangeran tampan. Akhirnya para patung menyuruh Silu untuk mengambil tebu bengkok di kebun mereka dan melemparnya saat matahari terbit. Silu pun pergi ke kebun dan mengambil tebu bengkok. Keesokan harinya, Silu bangun kesiangan, namun Ia tetap melempar tebunya. Tebu tersebut berubah menjadi kakek tua. Silu kesal dan menyesal karena tidak mendapatkan pangeran tampan.

Cerita ini memberikan pelajaran berharga bahwa kerja keras dan kebaikan akan membawa keberkahan, sementara kemalasan dan ketidaksopanan hanya akan berujung pada penyesalan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top