Suara “cak cak cak” menggema, mengiringi tarian yang mengisahkan perjuangan antara kebaikan dan kejahatan, kesetiaan dan pengkhianatan, cinta dan pengorbanan.
Prabu Rahwana, raja Alengka yang penuh ambisi, menginginkan Sinta, istri Prabu Rama. Dengan tipu daya, ia menculik Sinta dan membawanya ke kerajaan Alengka. Namun, di tengah perjalanan, seekor burung raksasa yang gagah berani, Jatayu, muncul.
Jatayu, penjaga kebenaran, menghadang Rahwana demi menyelamatkan Sinta. Dengan sayapnya yang perkasa, ia menyerang sang raja raksasa. Namun, Rahwana terlalu kuat. Pedang tajamnya menebas sayap Jatayu, membuatnya jatuh ke tanah, terluka parah. Meski tak mampu menang, Jatayu tetap berjuang hingga nafas terakhirnya demi kebaikan.
Sementara itu, Rama berusaha menyelamatkan istrinya, Sinta. Rama mengarungi hutan serta lembah dan dalam perjalanannya, ia bertemu Hanoman, kera putih setia dan berani yang bersumpah untuk membantu Rama.
Hanoman, dengan kecerdikannya, menyusup ke istana Rahwana, menemukan Sinta dan meyakinkannya bahwa pertolongan akan segera datang. Namun, kehadirannya tercium oleh pasukan Rahwana. Hanoman pun ditangkap dan dibakar, tetapi dengan kekuatan dewa, api tak mampu melukai tubuhnya. Ia justru membakar istana Alengka dengan ekornya yang menyala, memberikan tanda bahwa perang akan segera tiba.
Prabu Rahwana bersiap menghadapi pasukan Rama yang datang menyerang. Perang besar pun terjadi, antara pasukan kera dan prajurit raksasa. Pertarungan berlangsung sengit, hingga akhirnya Rama dengan panah saktinya berhasil mengalahkan Rahwana.
Sinta yang telah lama terpisah, akhirnya kembali ke pelukan Rama. Kebaikan menang atas kejahatan, kesetiaan mengalahkan tipu daya, dan keberanian melawan keserakahan.
Suara “cak cak cak” kembali bergemuruh, mengiringi akhir kisah yang mengajarkan bahwa dalam setiap perjuangan, kebaikan akan selalu menemukan jalannya untuk menang.