Muh. Ali Farhan Satria P.

MENUAI BENIH PERLAWANAN

Sisingaan menjadi inspirasi di balik proses kreatif ilustrasi ini. Sisingaan merupakan kesenian dan warisan budaya yang berasal dari kota kelahiran saya, Subang, Jawa Barat. Ada kisah yang secara turun-temurun diceritakan oleh nenek moyang kami bahwa sejak dulu Subang merupakan daerah yang dikenal kaya akan sumber daya alamnya sehingga membuat para penjajah tergiur untuk menguasai wilayah Subang pasca runtuhnya Kerajaan Pajajaran. Alhasil, pada abad ke-19, Subang dikuasai oleh Belanda dan Inggris baik secara politis maupun perekonomian. Seiring berjalannya waktu, tanah dan perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh penjajah membuat masyarakat tertekan karena kebijakan yang seringkali merugikan seperti wajib kerja tanpa upah dan pajak perkebunan yang sangat tinggi. Lantas muncullah gerakan-gerakan sosial yang bernada perlawanan. Sisingaan menjadi salah satu bentuk perlawanan terhadap penjajah melalui kesenian. Secara filosofis, boneka singa yang diusung merupakan gambaran penjajah Inggris dan Belanda yang sama-sama memakai singa sebagai lambang kerajaannya, para pengusung diibaratkan rakyat yang tertindas, dan anak kecil yang duduk di atas singa adalah simbol harapan bahwa kelak generasi penerus akan menaklukan singa-singa penguasa itu dan akhirnya membebaskan derita rakyat dari belenggu penjajahan. Dan di dalam ilustrasi ini, saya juga menambahkan karakter pesilat dan penari jaipong sebagai simbol bahwa benih-benih perlawanan yang dulu sempat ditanamkan kepada si anak penunggang singa itu ternyata tidak hanya berakhir dengan buah kemerdekaan, tapi juga tumbuh subur dan berhasil membuahkan generasi yang berbudaya dan memiliki jati diri.

Ada beberapa versi mengenai asal-usul sisingaan ini, namun keragaman sudut pandang itu justru menambah nilai-nilai kebaikan yang bisa diambil dan dijadikan pelajaran. Saat ini, sisingaan biasa digelar di acara khitanan, pernikahan, penyambutan tamu, atau pesta rakyat. Sisingaan dibawakan dengan konsep arak-arakan atau pawai dimana warga sekitar juga biasanya turut serta berjalan mengelilingi desa bersama rombongan pemain sisingaan. Maka kebaikan seni sisingaan ini tidak berhenti pada nilai-nilai perjuangan, namun juga tentang kegembiraan dan semangat gotong royong. Waktu telah berlalu, sisingaan telah bermetamorfosis dari benih perlawanan menjadi Wajah Asli Kebaikan Indonesia yang masih bisa dirasakan hingga saat ini.

#WajahAsliKebaikanIndonesia #SebotolKaryaAnakBangsa #ApapunBudayanya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top