Muhammad Fajar Asshidiqqie

“Hal yang tidak akan kami lupakan, kami tuang semuanya ke dalam ini. Ini kami sebut ‘Sinamot yang murah’—bukti awal dari segala hal.”

Di dalam sebuah peti berdebu, seorang anak menemukan boneka lusuh yang telah lama tersimpan. Boneka itu bukan sekadar mainan, melainkan saksi bisu dari kisah cinta sepasang kekasih yang baru menikah. Mereka merajut boneka itu sebagai simbol tradisi Sinamot—mahar dalam pernikahan adat Batak Toba, bukti kesungguhan cinta yang tak ternilai.

Setiap benda dalam peti ini memiliki kisahnya. Hiasan kepala pengantin, kain ulos yang melambangkan kasih sayang, hingga mainan dan buku-buku yang mengingatkan pada masa kecil yang penuh kebahagiaan. Sinamot yang dikenal sebagai mahar “mahal” bukan sekadar tentang nilai rupiah, tetapi tentang penghormatan, tanggung jawab, dan warisan budaya yang hidup dalam setiap kenangan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top