Muhammad Syarif Hidayatullah

Tiga tahun telah berlalu sejak Wak Aba berpulang, tetapi kehangatan kasihnya masih begitu nyata. Ia bukan hanya seorang paman, tetapi juga seorang guru kehidupan yang mengajarkan kebaikan lewat hal-hal sederhana. Salah satunya adalah sehelai kain Tajung yang diberikannya pada tahun 2014—sebuah kenang-kenangan yang kini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.

Sebagai seorang Colorblind Patternmaker, menciptakan karya ini adalah sebuah perjalanan emosional. Dalam keterbatasan melihat warna, ada kebebasan untuk merasakan esensi dan makna yang lebih dalam. Desain ini bukan sekadar pola, tetapi sebuah pelukan yang tak lagi bisa dirasakan secara fisik. Ini adalah cara untuk menghadirkan kembali Wak Aba—dalam bentuk yang tak bisa memudar.

Dalam lomba Teh Botol Sosro bertema Wajah Asli Indonesia, subtema Wajah Asli Kebaikan Indonesia, Tajung Wak Aba menjadi simbol bahwa kebaikan sejati tak akan pernah hilang. Ia hidup dalam warisan yang diberikan, dalam kenangan yang tetap utuh, dan dalam setiap tindakan penuh cinta yang diteruskan. Karena sejatinya, seseorang tidak benar-benar pergi selama kita masih membawa kebaikannya dalam hidup kita.

@tehbotolsosroid @localsunite.id @naelaali #WajahAsliKebaikanIndonesia #SebotolKaryaAnakBangsa

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top