Rozi Yantossa Erta

Cindua Mato dan Dang Tuangku adalah dua sahabat yang tumbuh bersamaan. Dang Tuangku adalah putra pewaris kerajaan Pagaruyung (Batusangkar, Sumatera Barat), sedangkan Cindua mato tumbuh menjadi kesatria yang kelak menjadi hulubalang di kerajaan tersebut. Beranjak dewasa, keduanya tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan gemar bermain di gelangang. Suatu ketika, keduanya hadir di gelanggang perhelatan Datuk Bandaro. Dang Tuangku hadir mewakili Bundo Kanduang, yang memimipin kerajaan Pagaruyung masa itu. Saat Dang Tuangku tengah bertemu dengan yang punya helat, Cindua Mato mendengar berita miring tentang Puti Bungsu di Renah Sekalawi, tunangan tuannya (Dang Tuangku) akan dipersunting oleh Imbang Jayo putra mahkota Kerajaan Sungai Ngiang. Mendengar kabar tersebut Pihak kerajaan Pagarruyung sangat marah dan menyusun sebuah rencana. Cindua Mato kemudian diutus Bundo Kanduang ditemani 3 binatang sakti yaitu Seekor Kuda (Gumarang), Kerbau ( Binuang), Ayam jantan ( Kinantan) untuk mengantarkan seserahan dan hadiah pernikahan, mengingat anaknya Dang Tuangku tentu tidak mungkin bisa mengantarkan hadiah untuk pernikahan tunangannya sendiri. Dengan berat hati Cindua Mato menaati perintah kerajaan, Ia tak sampai hati akan nasib sahabatnya, Dang Tuangku. Sampai di pesta pernikahan, Cindua Mato menggunakan ilmunya dan memanipulasi cuaca. Terjadilah badai besar membawa hujan lebat sehingga membanjiri perhelatan tersebut. Momen tersebut digunakan Cindua Mato untuk menculik Puti Bungsu, kemudian dibawa lari ke Pagaruyung. Tindakan Cindua Mato tentu mengundang peperangan. Benar saja, kemudian Imbang Jayo dan pasukannya datang mengepung Pagarruyung. Dang Tuangku, yang merencanakan penculikan dari awal pun sudah siap menunggu pasukan perang tersebut. Terjadilah peperangan antara dua kerajaan tersebut. Singkat cerita, Imbang Jayo tewas dalam peperangan tersebut. Kemudian untuk sama-sama menghindari pertumpahan darah, peperangan akan digantikan dengan duel oleh pendekar masing-masing pihak. Jadilah kemudian Cindua Mato mewakili kerajaan Pagaruyuang berhadapan dengan Tiang Bungkuk ayah Imbang Jayo dan juga Raja dari Negeri Sungai Ngiang. Naas nya, kemudian Cindua Mato kalah. Ia harus membayar mahal kekalahannya, Ia kemudian diseret menjadi budak Tiang Bungkuak, Pagaruyuang dibakar habis rata dengan tanah, Dang Tuangku dan Bundo Kanduang lari dari Pagarruyung. Menjadi budak ternyata adalah salah satu trik Cindua Mato. Ia sebenarnya ingin mengetahui kelemahan tuannya, Tiang Bungkuak. Benar saja, kemudian, dengan bantuan air sirihnya, diketahui bahwa satu satunya senjata yang bisa melukai Tiang Bungkuak adalah keris milik tuannya tersebut. Saat tuannya tidur, Cindua Mato mencuri keris tersebut. Kemudian menghabisi nyawa tiang bungkuak dalam sebuah duel. Kematian tiang bungkuak membebaskan status budak yang melekat pada dirinya, sehingga ia bisa kembali ke kerajaan Pagaruyuang dan kembali membangun kerajaan Pagarruyung bersama Bundo Kanduang dan Dang Tuanku.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top